| ]


Dalam cuaca yang sangat cerah, Sabtu pagi 19 Februari 2011, tim reboisasi PT. Citra Kedaton telah berkumpul dikawasan Cluster / Perumahan Ayodhya Citra, Tajem, sekitar 3 Kilometer utara Bandara Adi Sucipto Yogyakarta.
Sebagaimana dijadwalkan, hari itu PT. Citra Kedaton akan melakukan penanaman 1000 Pohon dikawasan Kali Kuning, lereng Merapi disisi timur kawasan wisata Kaliurang.

Wajah wajah ceria dari sekitar 85 anggota tim yang terdiri dari seluruh Manajemen, karyawan-karyawati serta para tukang dan Satpam PT. Citrakedaton yang pagi itu mengenakan seragam "Growth Green", seakan cerminan semangat seluruh anggota tim yang tidak sabar ingin menghujaukan kembali lereng Merapi.
Seusai makan pagi dengan menu yang menyehatkan, tepat pukul 7:15WIB rombongan dengan 6 kendaraan pribadi serta 2 buah truk bergerak menuju kawasan Taman Nasional Gunung Merapi, sekitar 25KM dari Perumahan Ayodhya Citra.
Sekitar 30 menit perjalanan melewati kawasan pedesaan yang hijau menyegarkan mata, tibalah rombongan memasuki area Taman Nasional Gunung Merapi yang berada dibekas kawasan wisata dan bumi perkemahan Kalikuning, beberapa ratus meter dari rumah Almarhum mBah Maridjan.
Kawasan yang bisa dibilang hanya sepelemparan batu dari puncak/kawah Merapi ini masih menyisakan kedahsyatan awan panas akibat erupsi Merapi pada 26 Oktober 2010 lalu.

Beruntung sekali cuaca amat sangat cerah menyambut rombongan sehingga puncak Gunung Merapi bisa terlihat jelas.
Usai mendengarkan arahan dari pihak TNGM tentang cara tanam, prosedur perawatan bibit ( sebagaimana komitmen PT. Citra Kedaton adalah bukan sekedar menanam, namun akan merawat hingga tanaman yang ditanam pada program 1000 pohon untuk Merapi ini benar-benar bisa tumbuh , ysng disampaikan langsung oleh Pimpinan PT. Citrakedaton, Rama Adyaksa ), sebagian besar anggota tim yang biasanya menananm pondasi...pagi itu dengan antusias menggali tanah untuk ditanami bibit pohon.

| ]


Keluarga besar PT. Citra Kedaton pada hari Sabtu 19 Februari 2011 mengagendakan melakukan kegiatan penanaman 1000 pohon di lereng Gunung Merapi yang musnah akibat erupsi November 2011 lalu. Sebuah kegiatan yang kini marak dilakukan segenap elemen masyarakat. Tentu kegiatan tersebut mesti kita apresiasi karena menunjukkan kepedulian masyarakat pada kelestarian alam di kawasan Gunung Merapi terutama pasca bencana erupsi. Bila kami pun melaksanakan kegiatan serupa, bukan karena sekadar latah ataupun tergoda euforia. Ada beberapa hal yang mungkin membedakan kegiatan kami dengan kegiatan serupa.

Kegiatan ini kami niatkan sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan semesta alam atas limpahan barokah-khususnya kepada keluarga besar Citra kedaton-yang masih diberikan ‘usia’ hingga kini mencapai 10 tahun. Rasa syukur tersebut ingin kami implementasikan dalam bentuk kegiatan yang maslahat meski dalam skala ‘kecil-kecilan’. Akhirnya dipilihlah kegiatan berupa penanaman pohon di lereng Merapi. Namun ternyata-seperti yang sudah kita ketahui bersama-dampak kerusakan akibat erupsi yang menghanguskan hutan ribuan kali lebih besar dari pada kemampuan kami,khususnya, untuk menanaminya kembali. Untuk itu kemudian kami meminta bantuan kepada BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI selaku pemegang otoritas wilayah Merapi agar kegiatan ‘kecil-kecilan’ tersebut dapat berjalan optimal, efisien, dan mencapai sasaran.

Arahan pertama adalah pada pemilihan lokasi. Lokasi ditentukan di kawasan Kali Kuning-tempat sumber air yang sebelum erupsi sangat diandalkan untuk pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Jogja dan juga termasuk salah satu obyek wisata- yang kini punah tersapu awan panas. Ranah tersebut juga masih menjadi otoritas BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI, mengingat banyak kegiatan penanaman pohon marak dilakukan tanpa memerdulikan kesesuaian zoning/peruntukan lahan ditambah lagi belum dipublikasikannya peta/zoning peruntukan lahan dan peta kawasan rawan bencana terkini oleh pemerintah daerah. BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI juga memilihkan, bahkan menyediakan jenis dan bibit tanaman yang sesuai dengan karakter lokasi. Jenis tanaman ini juga penting mengingat euforia penanaman kembali oleh masyarakat seringkali mengabaikan kesesuaian dan konsep-konsep konservasi. Bibit pohon yang sesuai tersebut diantaranya adalah pohon Gayam, Duwet, dan lain sebagainya, garis besarnya adalah pohon tersebut harus tanaman keras yang berakar tunjang dan kental lokalitasnya, makanya tanaman sejenis sengon tidak disarankan karena berakar serabut dan termasuk tanaman produktif, sehingga dikuatirkan bahkan akan ditebang manakala telah berumur 5 tahun.

Kami juga bersepakat dengan BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI agar kegiatan ini tidak hanya eforia sesaat semata. Untuk itu kami berkomitmen bahwa kegiatan ini harus dilakukan berkesinambungan dalam wujud pemeliharaan pohon yang ditanam hingga mencapai usia yang survive (diperkirakan 1-2 tahun). Supaya kegiatan penanaman ini mencapai sasaran maka penekanan kegiatan ini bukan pada kuantitas bibit ataupun luas wilayah yang ditanam, melainkan pada ‘tingkat keberhasilan’ bibit tersebut tumbuh menjadi pohon, maka pada akhirnya kami meyakini bahwa penanaman 1000 bibit pohon yang ‘berhasil tumbuh’ jauh lebih baik daripada 100.000 bibit namun mengabaikan pemeliharaan. Kemudian secara berkala setelah kegiatan penanaman ini akan dilakukan pemantauan rutin, pemupukan, penggantian bibit yang mati dan bahkan penyiraman manakala diperlukan. Semua kegiatan tersebut menjadi tanggung jawab kami dengan supervisi dari pihak BALAI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI. Bilamana 1000 pohon tersebut berhasil tumbuh barulah dilakukan lagi penanaman di masa datang sesuai kapasitas dan kemampuan kami.
Kegiatan ini bagi kami diharapkan juga memberikan keseimbangan dan ketenangan bagi nurani kami selaku developer. Mengingat developer acapkali dicitrakan sebagai jenis usaha yang mengalihfungsikan lahan tanpa memerdulikan kelestarian lingkungan. Kami berusaha menunjukkan bawa tidak semua developer ‘cara kerja’ –nya seperti yang dicitrakan tersebut. Upaya tersebut kami lakukan diantaranya melalui penanaman 1000 pohon kali ini dan juga penerapan konsep green living pada produk kami.
Semoga kegiatan ‘kecil-kecilan’ ini bisa ‘menggoda’ kita semua untuk bisa berbuat lebih ‘besar’.