| ]


Sejumlah penyiar radio atau announcer di metropolis memiliki banyak pendengar setia. Tidak jarang, para pendengar itu membuat fans club. Kadang, fans itu memang merepotkan. Bagaimanapun, penggemar itu tumbuh lantaran terpikat mulut sakti para penyiar tersebut.

ALKISAH, tersebutlah sebuah ''negara'' bernama Kerajaan Congti. Itu adalah singkatan dari congor sakti, istilah khas Suroboyoan yang berarti mulut sakti. Yang menjadi rajanya adalah Ivan Arbani. Sedangkan ratunya adalah Meity Piris. Rakyat mereka disebut konco plek. Itu juga sebutan khas Suroboyo yang berarti teman akrab.

Tentu, kerajaan tersebut bukan asli. Itu adalah bentuk keakraban para penggemar Meity dan Ivan, penyiar acara Good Morning Hard Rockers (GMHR), acara di radio Hard Rock FM yang bermarkas di Gedung Graha Pena.

Memang, di tangan (atau di mulut) Meity dan Ivan, acara itu terbilang sukses. Gaya siaran mereka terkesan natural, tidak serius, atau selengean. Namun, gaya tersebut berhasil merebut hati pendengar muda Surabaya. Mulai Senin hingga Jumat, pukul 06.00-10.00, para konco plek, rakyat Kerajaan Congti, selalu mendengarkan siaran Meity dan Ivan.

Sebutan konco plek itu muncul dari ungkapan spontan Ivan pada 2002 saat mereka mulai siaran bersama. Menurut pria kelahiran 14 Februari tersebut, ungkapan itu lahir karena mereka ingin menganggap pendengar sebagai teman baik, sebagai konco plek. ''Kami ingin terlihat lebih akrab aja sama para pendengar itu,'' ujar Pria asli Palembang tersebut.

Meity, saat pertama mendengar istilah konco plek, ternyata merasa kurang sreg. ''Istilah itu kan kampungan banget,'' ungkapnya. Namun, karena respons pendengar cukup baik, istilah tersebut langgeng hingga sekarang, setelah tujuh tahun mereka siaran bareng.

Selain melanggengkan istilah itu, para konco plek ternyata juga membentuk satuan-satuan khusus. Ada Konco Plek Distrik Sidoarjo, distrik Mojokerto, distrik Jombang, hingga distrik Jerman, distrik Sydney (Australia), distrik Miami (AS), sampai distrik Denver (AS).

Menurut Meity, distrik di luar negeri itu diisi orang-orang Surabaya yang bersekolah atau bekerja di luar negeri. ''Mereka masih sering streaming di internet. Kadang mereka memberikan traffic report jalan di luar negeri. Penting nggak sih?'' ungkap Meity lantas terbahak.

Para konco plek itu tak hanya aktif mendengarkan siaran Meity-Ivan. Mereka juga begitu atraktif saat off-air. Beberapa di antara mereka membuat merchandise berupa kaus dan stiker. Tulisannya Konco Plek. Salah satu yang secara sukarela mendesain kaus tersebut adalah Muhammad Mahsun. Dia adalah karyawan swasta berumur 20 tahun.

Mahsun merupakan salah seorang fans fanatik duet penyiar tersebut. Inspirasi membuat kaus konco plek itu, kata dia, muncul dari janji Meity dan Ivan saat siaran. Dua penyiar tersebut mengatakan ingin membuat kaus khusus dari para pendengarnya. ''Tapi ingat, moto mereka kan, 'Kami memberi janji, bukan bukti,','' ujar Mahsun menirukan janji ngaco Meity dan Ivan.

Karena banyak pendengar yang ingin punya kaus itu, Mahsun akhirnya membuat kaus tersebut. Dia bawa karyanya saat Ivan dan Meity siaran. ''Saya datang bareng dua teman saya, Cantika dan Ryo. Mereka membawakan makanan sebagai upeti. Saya bawa kaus,'' ungkapnya lalu tertawa.

Cara lain menunjukkan kekompakan penggemar adalah membuat grup Konco Plek di situs perkawanan Facebook. Grup itu dibuat oleh Sugiarto, 30, salah seorang rakyat Kerajaan Congti.

Ya, Kerajaan Congti merupakan salah satu bentuk persatuan fans Meity dan Ivan yang cukup erat. ''Kami biasanya dipanggil paduka raja dan ratu Congti. Menurut mereka (fans, Red), mulut kami berdua cukup sakti untuk menghibur mereka,'' kata Ivan lantas tersenyum.

Pernah suatu saat, para penggemar merasa Ivan dan Meity ''dijelek-jelekkan'' penyiar radio lain. Eh, ternyata ''rakyat'' mereka langsung menelepon radio tersebut. Kata mereka, kami sebagai laskar Congti tidak terima jika raja dan ratu Congti dihina-hina.

Kejadian itu baru diketahui Ivan dan Meity saat siaran hari berikutnya. Beberapa konco plek mengadu lewat telepon bahwa mereka sudah memarahi penyiar yang ''menghina'' Ivan dan Meity.

Itu adalah salah satu tonggak peristiwa yang membuat sebutan Congti menjadi kian tren di kalangan fans Ivan dan Meity. ''Padahal, istilah tersebut muncul secara spontan,'' timpal Meity.

Begitu banyak konco plek yang tersebar sehingga Meity dan Ivan kadang tak luput dari ulah penggemar fanatik tersebut. Meski begitu, Meity dan Ivan menganggap itu sebagai sebuah konsekuensi ketenaran.

Salah satu contohnya pada 2005. Salah seorang konco plek wanita datang ke tempat siaran. Wanita itu hanya datang untuk memeluk dan mencium Ivan. Kata wanita yang mengaku sebagai finalis Putri Indonesia 2004 tersebut, dirinya sejak lama mengidolakan Ivan. Lebih parah, dia juga menginginkan Ivan menjadi kekasihnya. ''Aku lak yo bingung, se,'' ungkap Ivan sambil garuk-garuk kepala.

Saking takutnya, dia bersembunyi di bawah kolong meja siaran. Dia juga tak berani keluar studio. ''Kami sampai harus minta tolong sekuriti Graha Pena untuk mengusir wanita aneh itu,'' ujar Meity.

Anehnya, wanita tersebut juga menelepon radio lain untuk mencari Ivan Arbani. ''Kami juga tahu setelah ditelepon penyiar radio itu,'' jelas Ivan.

Pengalaman serupa dialami Meity. Dia mengungkapkan, ada salah seorang konco plek yang merasa bahwa Meity adalah pacarnya. Kalau Meity bercerita bahwa dirinya baru saja jalan-jalan dengan pacarnya, penggemar itu ge-er. ''Waktu dia datang sambil membawa bunga ke kantor, sempat ada adegan kejar-kejaran kecil antara saya dengan pria itu,'' kata perempuan keturunan Ambon tersebut.

Namun, itu memang tak seberapa. Sebagian besar konco plek justru memosisikan diri sebagai konco plek alias teman akrab. Ada yang melayat saat ayah Meity meninggal, ada dokter anak yang selalu tak mau dibayar kalau Ivan mengantar anaknya berobat, dan ada yang menaruh Meity di urutan pertama inden mobil saat penyiar itu ingin membeli Honda Jazz.

Kekompakan sesama rakyat Kerajaan Congti itu juga kentara saat salah seorang di antara mereka mengalami kesusahan. Misalnya, November 2008, salah seorang konco plek bernama Antonius Hekso kecelakaan. Pria 30 tahun itu terluka parah.

Fans lain pun spontan memberikan sumbangan melalui siaran GMHR. Terkumpul dana sekitar Rp 2 juta. Setelah itu, kedua penyiar tersebut datang langsung ke rumah Hekso di kawasan Balongbendo, Sidoarjo.

''Saya terharu saat lihat mereka datang ke rumah sambil bawa uang itu,'' ujar Maria Wisrance, istri Hekso, yang juga salah seorang konco plek.

Ivan menyatakan, meski jarang bertemu muka, para konco plek sudah seperti saudara satu sama lain. ''Semua mengalir begitu saja, tanpa ada yang mengorganisasi dan mengaturnya,'' katanya.